Perajin Warangka Keris, Dikontrak Mantan Wapres Adam Malik
TRIBUNNEWS.COM,PONOROGO – Mempertahankan tradisi warisan lelulur ternyata tidak akan membuat seseorang semakin tersingkir. Setidaknya, hal ini seperti dijalano Sugeng warga RT 02, RW 02, Desa Srandil, Kecamatan Jambon, Kabupaten Ponorogo. Pria berusia 55 tahun ini, justru semakin diperhitungan kalangan kelas menengah ke atas dan para pejabat dari setingkat daerah Ponorogo dan sekitarnya hingga para pejabat yang memiliki jabatan di pemerintah pusat dengan menekuni keahlian warisan leluhurnya sebagai perajin warangka keris. Bahkan, lelaki berpostur tubuh tinggi ini, pernah dikontrak mantan Wakil Presiden (Wapres) Adam Malik selama hampir 10 tahun untuk membuatka warangka keris dan berbagai pusaka lainnya di Jakarta. Termasuk membuatkan warangka keris sanak saudara dan kerabat mantan Wapres itu. Hingga kini, nama Sugeng tetap eksis dan masih menjadi jujugan kalangan pejabat dari Ponorogo, Madiun, Magetan, Ngawi, Pacitan, Trenggalek, Tulungagung, Blitar, Solo dan Jakarta yang ingin membuat warangka keris mereka semakin memiliki aura. Selama ini, kalangan pecinta dan kolektor pusaka tetap mengandalkan dan mengagumi warangka hasil besutan bapak 2 anak 1 cucu ini karena hasil karyanya tergolong sangat halus dan baik. Apalagi, selama ini selalu menggunakan kayu, bukan kayu sembarang. Pihaknya hanya menggunakan kayu Cendana, Timoho (lamen), dan kayu Trembolo untuk menjaga kualitas hasil pekerjaannya.
Sugeng menceritakan, awalnya dirinya dikenal sebagai penjamas pusaka. Ilmu menjamas ini diperoleh secara turun temurun dari kakek-kakeknya terdahulu. Jika dihitung, Sugeng merupakan keturun ke 7 dari ahli menjamas keluarganya. Sugeng menemuki kepiawaiannya ini, sejak Tahun 1975. Saat itu, Sugeng menekuni keahliannya sebagai penjamas pusaka dan perajin Warangka pusaka (sarung pusaka).
Karena tidak puas dengan kemampuannya, Tahun 1979, Sugeng belajar lagi ilmu warisan kakeknya tersebut ke Solo dan para perajin Keraton Kartosuro. Namun, karena hasil karyanya yang menakjubkan, di akhir Tahun 1979, dia dikontrak mantan Wakil Presiden, Adam malik hingga Tahun 1987 untuk tetap tinggal di Jakarta dan mengurusi semua pusaka milik mantan wapres ini dan keluarga besarnya. “Keahlian saya ini merupakan ilmu turun temurun dari kakek-kakek saya. Saya sendiri merupakan keturunan ketujuh yang tetap menemuni usaha warisan leluhur ini. Saat dikontrak Pak Adam Malik, saya diminta tinggal di Jakarta hanya untuk membuat warangka semua pusaka miliknya dan kerabatnya sekaligus menjamasnya,” terangnya kepada Surya (tribunnews group), Rabu (14/11/2012). Untuk menjaga kualitas hasil kerajinan tangannya, Sugeng sangat memperhatikan bahan dasar dalam membuat warangka pusaka itu. Selam ini, Sugeng tidak mau membuat warangka pusaka yang bahannya dari kayu sembarangan. Dia selama ini hanya mengandalkan 3 kayu warisan leluhurnya. Alsannya, ketiga kayu itu, sesuai pesanan leluhurnya secara langsung dapat menambah aura pusaka. “Sejak dulu saya tidak pernah menggunakan bahan kayu sembarang. Saya hanya menggunakan kayu Cendana, Kayu Timoho (Lamen) yakni kayu yang berwarna hitam putih, dan kayu Trembalo. Kayu-kayu ini tidak ada disembarang tempat. Jika kayu Cendana di Ponorogo ada, namun kayu Timoho dipesan dari Lumajang dan Bojonegoro dan kayu Trembalo dari Luar Jawa,” urainya. Sedangkan terkait kelangkaan kayu yang dipakai bahan karyanya tersebut, Sugeng mengaku sudah memiliki stok hingga lima tahun ke depan. Pasalnya, sejak awal dia sudah mengantisipasi adanya kelangkaan bahan baku itu. “Memang sudah sulit mencari ketiga jenis kayu jenis tadi, namun saya sudah punya stok cukup hingga lima tahun mendatang,” katanya. Hingga kini, Sugeng tidak hanya meyalani para penggemar dan kolektor pusaka dari kalangan warga umum, akan tetetapi tetap eksi di kalangan pejabat dari setingkat pejabat Pemerintah Kabupaten hingga Pemerintah Pusat. “Sampai sekarang yang pesan warangka ke sini kebanyakan pejabat Ponorogo dan pejabat pemerintah pusat, Jakarta. Diantaranya, Pak Wiranto, Sekjen Gerindra juga memesan warangka pusaka ke kami. Kalau satu per satu disebutkan saya tidak hafal,” paparnya. Sedangkan mengenai soal harga, warangka hasil kerajinan tangan Sugeng ini harganya lain dari karya perajin lainnya. Pasalnya, Sugeng memperhatikan mutu dan kualitas hasil karyanya itu. “Untuk membuat satu warangka membutuh waktu selama 3 sampai 4 hari. Membuat warangka komplit mulai dari pegangan hingga sarung yang sederhana minimal seharga Rp 1,8 juta. Contoh lainnya, misalnya milik sesepuh Warok dan Golkar Ponorogo, Mbah Tobron Torejo meghabiskan Rp 10 juta karena beliau minta ada pernik intan dan emasnya,” pungkasnya. Sementara, salah seorang pejabat Ponorogo yang selama ini merasa puas dengan pesanan warangka hasil kerajinan tangan Sugeng mengungkapkan warangka hasil buatan Sugeng selain bagus, juga selalu pas digunakan di pusaka baik jenis keris, tombak, maupun pedang serta menambah aura magis di pusaka itu. Sumber : http://www.tribunnews.com/regional/2012/11/14/perajin-warangka-keris-dikontrak-mantan-wapres-adam-malik Penulis: Yoni Iskandar